A. DEFINISI PENILAIAN
Setiap
kegiatan yang berlangsung, pada akhirnya kita ingin mengetahui
hasilnya, demikian pula dalam pembelajaran. Untuk mengetahui hasil
kegiatan pembelajaran, harus dilakukan pengukuran dan penilaian. Dalam
kaitan dengan penilaian keberhasilan pembelajaran, beberapa konsep dasar
yang perlu dipahami yaitu pengukuran dan penilaian.
Pengukuran adalah
suatu usaha untuk mengetahui keadaan sesuatu seperti apa adanya. Dalam
pelaksanaan pembelajaran, pengukuran hasil belajar bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku pelajar setelah selesai
mengikuti suatu kegiatan belajar. Kegiatan pengukuran umumnya guru
menggunakan tes sebagai alat ukur. Hasil pengukuran berbentuk angka yang
dapat memberikan gambaran tentang tingkat penguasaan pelajar terhadap
materi pelajaran. Angka atau skor sebagai hasil pengukuran mempunyai
makna jika dibandingkan dengan patokan sebagai batas yang menyatakan
bahwa pelajar telah menguasai secara tuntas materi pelajaran tersebut.
Penilaian adalah
usaha yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan belajar dalam
penguasaan kompetensi. Selain itu penilaian bertujuan untuk mengetahui
berhasil tidaknya pelaksanaan pembelajaran.
Pada
dasarnya pengukuran dan penilaian memiliki persamaan dan perbedaan.
Pengukuran terarah pada tindakan atau proses untuk menentukan kuantitas
sesuatu, karena itu biasanya diperlukan alat bantu. Sedangkan penilaian
menentukan kualitas atau nilai sesuatu.
Pelaksanaan
penilaian terlebih dahulu harus didasarkan atas pengukuran. Sebaliknya
pengukuran tidak akan berarti bila tidak dihubungkan dengan penilaian. Misalnya
si Agus memperoleh skor mentah 70 (pengukuran), kemudian berdasarkan
kriteria tertentu si Agus mendapat nilai “B” (penilaian).
B. TUJUAN PENILAIAN
Masalah
pertama yang harus dilakukan dalam langkah perencanaan penilaian
pembelajaran ialah merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan
penilaian di tentukan oleh jenis tugas yang kita hadapi. Tujuan
penilaian bagi konselor pendidikan akan berbeda dengan tujuan penilaian
bagi sebuah panitia seleksi dan akan berbeda pula dengan tujuan
penilaian bagi guru yang mengajarkan mata pelajaran tertentu.
Seorang
konselor pendidikan bertujuan untuk memperoleh keterangan yang
selengkap-lengkapnya tentang karakteristik pelajar agar dapat memberikan
bimbingan yang sebaik-baiknya. Sebuah panitia seleksi bertujuan untuk
mengetahui kemampuan, keterampilan dan sikap yang ada pada calon-calon
untuk dapat memilih calon yang tepat untuk jenis pendidikan atau jenis
jabatan tertentu. Seorang guru yang mengajarkan suatu mata pemalajaran
tertentu bertujuan untuk mengetahui apakah bahan-bahan pelajaran yang
disampaikannya kepada pelajar sudah dikuasainya atau belum.
Pada dasarnya penilaian dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk :
a. Pengambilan keputusan tentang hasil belajar
b. Pemahaman tentang pebelajar
c. Perbaikan dan pengembangan program pmbelajaran.
C. ALAT PENILAIAN
Pada umunya ada dua alat penilaian yaitu tes dan non tes.
a. Tes
Tes
adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas
atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh pebelajar, sehingga
menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi pelajar
tersebut yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh pelajar
lain standar yang ditetapkan (Nurkancana, 1986).
Apabila rumusan iini di terima maka akan di temukan unsur-unsur sebagai berikut :
1. Bahwa tes itu berbentuk suatu tugas
2. Bahwa tes itu di berikan pada pelajar untuk dikerjakan
3. Bahwa respons pelajar perlu dinilai
Berdasarkan jumlah peserta, tes hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu :
1. Tes individual yaitu tes yang pada saat diberikannya kita hanya menghadapi satu pelajar
2. Tes kelompok yaitu jika pada saat itu diberikan kita menghadapi sekelompok pelajar
Ditinjau dari segi penyusunannya, tes hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu :
1. Tes Buatan Guru
Tes
buatan guru yaitu tes yang disusun sendiri oleh guru yang akan
mempergunakan tes tersebut. Tes ini biasa diberikan untuk ulangan haria
(formatif), umum (sumatif), atau penghabisan (EBTA). Tes buatan guru ini
dimaksudkan untuk mengukur hingga dimana penguasaan pelajkar terhadap
materi pelajaran yang telah diajarkan.
Dalam
membuat soal, guru perlu memberikan secara logis dan rasional hal-hal
atau pokok-pokok apa saja yang patut ditanyakan sebagai bahan
pengetahuan penting yang sebaiknya dipahami oleh pelajar. Tes buatan
guru bersifat temporer artinya hanya berlaku pada saat tertentu dan
situasi tertentu pula, yang pada kesempatan lain mungkin berubah, baik
bentuk soal maupun kapasitas pelajar. Adapun tes buatan guru yang
bersifat hafalan semata-mata dan ada pula yang bersifat pemikiran.
Seorang
guru profesional yang ideal akan menyusun soal yang berimbang dari
kedua sifat tersebut diatas. Akibat lain dari pihak pelajar akan tampak
siapa yang mempunyai kemampuan mantap dalam mengingat atau menghafal
sesuatu dan siapa yang mempunyai daya pikir luas dan asosiatif. Situasi
yang terakhir inilah yang sebaiknya diciptakan guru.
2. Tes Standar
Tes
standar yaitu tes yang sudah valid dan andal (reliable) berdasarkan
percobaan-percobaan terhadap sampel yang cukup luas dan representatif.
Tes standar adalah tes yang sudah dikaji berulang-ulang kepada kelompok
besarvtesti. Selain sudah diteliti dan diukur, soal-soal mana relevan
dan yang mempunyai daya pembeda yang tinggi, juga telah di
klasifikasikan jenis-jenis untuk tingkatan umur maupun kelasnya. Tes ini
telah di analisis secara statistik oleh para ahli dan kemudian
dinyatakan sahih atau valid untuk digunakan secara umum. Pengelolaan
secara statistik adalah dimaksudkan untuk mencari validitas daya pembeda
yang tinggi dari butir soal yang lainnya. Sehingga soal itu memang
tepat untuk diberikan dan dapat dijadikan alat pengukuran kecerdasan
setiap orang secara umum.
Tes standar bertujuan untuk mengukur pelajar dalam 3 aspek yaitu :
a. Kedudukan belajar
Tes
ini dimaksudkan untuk mengukur kedudukan belajar pelajar dibandingkan
dengan teman sekelasnya, setingkat dan sesekolah atau setingkat dari
beberapa sekolah. Tes ini dilakukan pada tingkat dan waktu tertentu.
b. Kemajuan belajar
Tes
ini untuk mengukur kemajuan yang dicapai dalam mata pelajaran tertentu.
Jika telah selesai membahas sesuatu atau beberapa pokok bahasan dari
suatu mata pelajaran tertentu, guru biasanya memberikan ulangan harian
pada setiap semester. Adakalanya tes ini diberikan beberapa kali
sehingga dapat dilihat kemajuan atau ketidak berhasilan (kemunduran)
belajar pelajar melalui penilaian tertentu.
c. Diagnostik
Tes
ini dimaksudkan untuk mengukur kelemahan dan kelebihan pelajar dalam
menguasai bahan pelajaran tertentu secara luas. Isinya materi-materi
yang disusun dari yang termuda sampai yang tersukar dan mencakup bidang
yang luas. Dewasa ini tes diagnostik telah umum dilakukan pada semua
sekolah untuk semua tingkatan. Tes diagnostik biasanya dilakukan
serempak pada beberapa sekolah dalam waktu yang sama, bahan tes yang
sama. Hasil tes yang diagnostik akan menunjukkan kelemahan atau
kelebihan dari suatu sekolah.
Ada beberapa perbedaan antara tes standar dengan tes buatan, yaitu :
1. Tes standar :
a) Didasarkan atas isi dan tujuan lembaga pendidikan pada umunya.
b) Berhubungan dengan bagian-bagian yang luas dari pengetahuan atau kecakapan
c) Dikembangkan dengan bantuan penulis profesional
d) Menggunakan item-item yang telah di ujicobakan, dianalisis dan direvisi sebelum menjadi bagian dari tes itu.
e) Memiliki validitas dan kendala(reliabiliti) yang tinggi
f) Memiliki ukuran-ukuran untuk bermacam-macam kelompok yang secara luas mewakili performanceseluruh daerah.
2. Tes buatan guru
a) Berdasarkan isi dan tujuan-tujuan khusus untuk kelas atau sekolah tempat guru itu mengajar
b) Dapat menyangkkut topik atau kecakapan khusus
c) Biasanya dikembangkan oleh seorang guru tanpa bantuan dari luar
d) Menggunakan item-item yang jarang diujicobakan sebelum menjadi bagian dari tes tersebut
e) Memiliki keandalan yang rendah
f) Biasanya terbatas pada kelas atau satu sekolah sebagai suatu kelompok pemakainya.
b. Non Tes
Untuk
menilai aspek tingkah laku, jenis non tes lebih sesuai dipergunakan
sebagai alat penilaian. Alat penilaian jenis non tes ini antara lain :
1. Observasi yakni pengamatan tingkah laku pada situasi tertentu
2.
Wawancara yakni berkomunikasi langsung antara yang menginterviewdan
yang di interview. Untuk memudahkan pelaksanaannya perlu disediakan
pedoman wawancara berupa pokok-pokok yang ditanyakan
3. Studi kasus yaitu mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya
4.
Skala penilaian merupakan salah satu alat penilaian yang mempergunakan
skala yang telah disusun dari ujung yang negatif sampai pada ujung yang
positif sehingga pada skala tersebut penilaian tinggal membubuhi tanda
cek saja
5.
Chek list sebenarnya hampir menyerupai skala penilaian, hanya pada
skala ini tidak perlu disusun kriteria dari negatif sampai positif.
Cukup dengan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang akan diminta dari yang
dinilai
6.
Inventori yaitu “pertanyakan” dimana yang ditanya tinggal memilih
alternatif jawaban, apakah “setuju” atau “tidak setuju”. Bentuk non tes
ini adalah untuk mengetahui sikap yang dimiliki para pelajar setelah
menyelesaikan program bidang studi.
D. CARA MENJAWAB SOAL
Pada dasarnya ada dua macam bentuk pertanyaan essay (uraian), yaitu :
a. Bentuk Uraian Bebas
Dalam
bentuk ini testi bebas untuk memilih sistematika dan cara menjawabnya.
Setiap testi mempunyai sistem dan cara yang berbeda satu sama lain.
Dalam mengemukakan jawaban, testi dapat meninjaunya dari sudut saling
berbeda. Ada yang menitikberatkan pada segi politik, atau ekonomi saja
bahkan pada gambaran sosial budaya.
b. Bentuk Terbatas
Dalam
menjawab soal essay terbatas ini, testi harus mengemukakan hal-hal
tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun bunyi kalimat jawaban setiap
testi ini beraneka ragam, pokok-pokok penting yang harus terdapat dalam
sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang ditentukan dan
dikehendaki dalam soalnya, haruslah ada.
E. BENTUK TES
Dalam pembelajaran dikenal bahwan bentuk tes dan ujian diantaranya adalah, tes tertulis, lisan, dan perbuatan (praktek).
a. Bentuk Tes Tertulis
Tes
tertulis diberikan pada seorang atau sekelompok testi pada waktu,
tempat dan soal tertentu. Tes ini ada yang bersifat informal dan formal.
Tes informal dimaksudkan untuk dilakukan dengan tujuan tertentu,
lingkungan terbatas yang diselenggarakan langsung oleh pihak pelaksana
dalam situasi setengah resmi tanpa melalui institusional resmi.
Sedangkan tes yang bersifat formal meliputi jumlah testi yang cukup
besar, yang diselenggarakan oleh suatu panitia resmi yang diangkat oleh
negara.
Bentuk soal ujian tertulis yang kita kenal adalah :
1. Objektif
2. Essay
3. Kombinasi kedua bentuk tersebut
b. Bentuk Tes Lisan
Bentuk
ini adalah bentuk tes yang menuntut respons dari anak dalam bentuk
bahasa lisan. Tes lisan dapat berbentuk sebagai berikut :
1) Seorang penguji menilai seorang pelajar
2) Seorang penguji menilai sekelompok pelajar
3) Kelompok penguji menilai seorang pelajar
4) Sekelompok penguji menilai sekelompok pelajar.
c. Bentuk Tes Perbuatan
Bentuk
ini adalah tes yang menuntut jawaban anak dalam perilaku atau
perbuatan. Jadi anak itu berbuat sesuai dengan perintah atau pertanyaan
yang diberikan. Tes perbuatan dapat berbentuk kelompok dan perorangan.
F. CARA MENAFSIRKAN HASIL PENILAIAN
Uuntuk menafsirkan hasil penilaian dapat ditempuh dua pendekatan yaitu pendekatan acuan patokan dan pendekatan acuan norma.
a. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Pendekatan
ini lebih menitikberatkan pada apa yang telah dilakukan oleh pelajar
atau dengan kata lain kemampuan kemampuan apa yang telah dicapainya
sesudah menyelesaikan satu bagian kecil dari suatu keseluruhan program.
Jadi, pendekatan PAP meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh pelajar dan
bukan membandingkan seorang pelajar dengan teman kelasnya, melainkan
membandingkannya dengan suatu kriteria yang spesifik. Kriteria (patokan)
yang dimaksud adalah suatu tingkat pengalaman belajar yang diharapkan
tercapai sesudah selesai proses belajar atau sejumlah tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan lebih dahulu sebelum proses belajar
berlangsung. Tujuan PAP adalah untuk mengukur secara eksak tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan sebagai kriteria keberhasilan.
Untuk
menentukan batas lulus (passing grade) dengan pendekatan PAP, maka
setiap skor pebelajar dibandingkan dengan skor ideal maksimum yang
mungkin dicapai oleh pebelajar. Misalnya dalam suatu tes, ditetapkan
skor idealnya adalah 100, maka pebelajar yang memperoleh skor 85 sama
dengan nilai 8,5 dalam Skala T – 10, demikian seterusnya.
Cara lain adalah dengan menggunakan rata-rata dan simpangan buku ideal. Remus yang digunakan ialah:
PG = X id + 0,25 SIDE id
Keterangan:
PG = Passing Grade (batas lulus)
X id = Rata-rata ideal yang diperoleh dari 1h x skor ideal
Sdid = Standar deviasi ideal, yang diperoleh dari 1/3 x rata-rata ideal
Contoh:
Ditetapkan skor ideal suatu tes prestasi belajar sebesar 120
X id = 1h x 120 = 60 dan SID id = 1/3 x 60 = 20
Jadi batas lulusnya = 60 = 0,25 x 20 = 65
b. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Dalam
pendekatan acuan norma, makna angka (skor) seorang pebelajar ditemukan
dengan cara membandingkan hasil belajarnya dengan hasil belajar
pebelajar lainnya dalam satu kelas. pebelajar dikelompokkan berdasarkan
jenjang hasil belajar, sehingga dapat diketahui kedudukan relatif
seorang pebelajar dibandingkan dengan teman sekelasnya.
Tujuan
pendekatan PAN ialah untuk membedakan pebelajar atas kelompok-kelompok
tingkat kemampuan, dari yang terendah sampai yang tinggi. Secara ideal
penyebaran tingkat kemampuan pebelajar dalam satu kelompok
menggambarkan suatu kurva normal. Pada umumnya norma referenced test
dipergunakan untuk seleksi.
Soal
tes dalam pendekatan PAN dikembangkan dari bagian bahan yang dianggap
oleh guru penting sebagai sampel dari bahan yang telah disampaikan. Guru
berwenang untuk menentukan bagaimana yang dianggap lebih penting, dan
ia harus dapat membatasi jumlah soal yang diperlukan mengingat bahwa
tidak semua materi yang telah dipelajari pebelajar dapat dimunculkan
soal-soalnya secara lengkap.
Agar
soal yang diperoleh lebih menyebar dan mudah membandingkan pebelajar
yang satu dengan yang lainnya, soal-soal harus dibuat dengan tingkat
kesukaran yang bervariasi, dari yang mudah, sedang, sampai yang sulit,
sehingga memberi kemungkinan jawaban yang bervariasi pula.
Penilaian
Acuan Norma biasanya digunakan pada saat suatu pembelajaran telah
selesai, untuk menentukan tingkat hasil belajar pebelajar. Penetapan
batas lulus dapat diternpuli dengan rumus sebagai berikut:
PG = X akt + 0,25 X sd AKT
Keterangan:
PG = Passing Grade (Batas lulus)
X akt = Rata-rata kelompok aktual
SD akt = Simpangan bake kelompok aktual
c. Penggunaan Hasil Tes
1) Tes formatif
Tes
formatif dimaksudkan untuk mernantau kernajuan belajar pebelajar selama
proses belajar berlangsung, dan untuk memberikan bahkan bagi
penyempurna program belajar mengajar, serta untuk mengetahui
kelemahan--kelemahan yang memerlukan perbaikan sehingga hasil belajar
mengajar menjadi lebih baik.
Soal-soal
tes formatif mungkin mudah, tetapi mungkin pula sukar, bergantung pada
tugas-tugas belajar untuk suatu bagian kecil pengajaran yang dinilai.
Seperti telah disebutkan di atas, maksud utama tes formatif ialah untuk
perbaikan belajar, bukan tintuk keperluan membuat tingkatan kemampuan.
Jadi, tes formatif sesungguhnya adalah criterion-referenced test. Apa
yang dimaksud dengan tes formatif seperti yang telah diberikan pada
akhir satuan pelajaran sesungguhnya bukan sebagai tes formatif lagi
karena data-data yang diperoleh akhimya digunakan untuk menentukan
tingkat hasil belajar pebelajar.
Kiranya
lebih tepat tes pada akhir satuan pelajaran itu dipandang sebagai sub
tes sumatif. Jika dimaksudkan untuk perbaikan proses belajar, maka
maksud itu barn terlaksana pada jangka panjang, yaitu pada saat
penyusunan program tahun berikutnya.
Hasil tes formatif bermanfaat bagi guru dan pebelajar:
Manfaat bagi guru:
a)
guru akan mengetahui seberapa jauh bahan pelajaran dikuasai oleh
pebelajar. Dengan mengetahui tingkat keberhasilan kelompok pebelajar
dalam bahan pelajaran, guru dapat membuat putusan apakah suatu bahan
pelajaran itu perlu diulangi atau tidak.
b)
guru dapat meramalkan hasil tes sumatif. Tes sumatif merupakan tes
prestasi belajar dari kesatuan-kesatuan kecil bahan pelajaran. Tes
sumatif merupakan tes prestasi belajar dari sejumlah tes
kesatuan-kesatuan tadi. Dengan demikian, beberapa hasil tes formatif
dapat dipergunakan sebagai bahan untuk meramalkan tes sumatif. Dalam
buku pedoman penilaian kurikulum 1975 ditentukan bahwa nilai tes
formatif diberi bobot sate sedangkan nilai tes sumatif diberi bobot dua.
Hasil rata-ratanya dimasukkan ke dalam buku laporan kemajuan para
siswa.
Manfaat bagi pebelajar:
a)
dalam belajar berkelanjutan (matery learning) para siswa harus
mengetahui susunan tingkat bahan-bahan pelajaran. Dengan tes formatif
para siswa akan mengetahui apakah mereka sudah mengetahuinya atau belum,
b)
dengan tes formatif para pebelajar akan mengetahui butir-butir soal
mana yang sudah betul-betul mereka kuasai serta butir-butir soal mana
yang belum mereka kuasai. Hal ini merupakan balikan yang amat berguna
bagi mereka, bagian-bagian mana yang harus mereka pelajari kembali
secara individual.
2) Tes sumatif
Tes
sumatif diberikan pada saat satuan pengalaman belajar dianggap telah
selesai. Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk menetapkan apakah
seorang pebelajar berhasil mencapai sekumpulan tujuan pembelajaran atau
tidak.
Tujuan tes sumatif ialah
untuk menentukan angka berdasarkan tingkatan hasil belajar pebelajar
yang selanjutnva digunakan sebagai angka sport. Ujian akhir dan ulangan
umum pada akhir semester termasuk tes sumatif. Hasil sumatif juga dapat
dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran. Cakupan bahannya lebih
luas, dan soal-soatnya meliputi tingkat mudah, sedang, dan sulit.
Fungsi utama tes sumatif adalah:
a)
untuk menentukan nilai akhir dalam periode tertentu, misalnya; akhir
semester, atau akhir tahun. Nilai tersebut biasanya dilaporkan dalciin
buku Laporan Pendidikan atau dalam Surat Tanda Tamat Belajar (STTB).
Dengan demikian, kita akan mengetahui kedudukan seorang pebelajar
dibandingkan dengan pebelajar lain dalam hal prestasi belajarnya.
b) untuk memberikan keterangan tentang kecakapan atau keterampilan seorang pebelajar dalam periode tertentu.
c)
untuk meramalkan akan berhasil tidaknya seorang pebelajar dalam
pelajaran berikutnya yang lebih tinggi. Agar fungsi meramalkan ini dapat
berjalan dengan baik, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) pelajaran berikutnya mempunyai hubungan dengan perjalanan yang sudah ditempuhnya,
b) pelajaran berikutnya itu masih dalam hal metode dan karakteristik pebelajar itu
c) dapat dipergunakan menentukan bahan pelajaran berikutnya
d)
sebagai bahan pertimbangan untuk menyernpurnakan urutan serta banyaknya
bahan pelajaran dan metode yang dipergunakan dalam serangkaian kegiatan
belajar mengajar.
Disamping tes formatif dan tes sumatif, ada pula tes yang disebut dengan tes penempatan dan tes diagnostik.
1) Tes penempatan
Pada umumnya tes penempatan dibuat sebagai tes prestasi, tujuannya ialah untuk mengetahui:
a) apakah pebelajar telah memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu program belajar
b) sampai dimana pebelajar telah mencapai tujuan pembelajaran, seperti diprogramkan dalam satuan pelajaran mereka.
Dalam
hubungannya dengan tujuan yang pertama, masalahnya berkaitan dengan
kesiapan pebelajar menghadapi program yang barn, sedangkan untuk yang
kedua berkaitan dengan kecocokan program belajar mengajar dengan
pebelajar.
Luas
bahan pretest lebih terbatas dan tingkat kesukaran soalnya relatif
rendah. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pretest digunakan untuk
menentukan apakah pebelajar telah memiiiki kemampuan minimum untuk
mempelajari suatu unit bahan pelajaran atau belum sama sekali.
Pretest
fungsinya terutama untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya
prerequisite skills. Pretest yang dibuat untuk menentukan sampai dimana
pebelajar telah mencapai tujuan belajar atau memperoleh pengalaman
belajar seperti yang tercantum dalam program. Dalam hal seperti itu
pretest dibuat sebagai norm-referenced test.
2) Tes diagnostik
Tes
diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami
pebelajar berdasarkan atas basil tes formatif sebelumnya. Tes tersebut
memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan
kesulitan bagi pebelajar. Soal-soal tersebut bervariasi dan difokuskan
pada kesulitan, dan biasanya dilaksanakan sebelum suatu pelajaran
berjalan. la diadakan untuk menjajaki pengetahuan dan keterampilan para.
pebelajar yang telah mereka kuasai, apakah para. pebelajar (atau calon
pebelajar) sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan tertentu yang
diperlukan untuk dapat mengikuti suatu bahan pelajaran lain. Oleh
karena itu, tes diagnostik semacam itu disebut juga test of entering
behavior.
G. CARA MENSKOR DAN MENILAI
1. Tes Benar - Salah (true - false)
Dalam menggunakan angka (skor) untuk tes bentuk B -S ini kita dapat menggunakan dua cara yaitu:
1) tanpa hukuman atau tanpa denda dan
2) dengan hukuman atau dengan denda.
Tanpa
hukuman adalah apabila banyak angka yang diperoleh pebelajar sebanyak
jawaban yang cocok dengan kunci. Sedangkan dengan hukuman (karena
diragukan adanya unsur tebakan), digunakan dua macam rumus, tetapi
hasilnya sama.
Pertama, dengan rumus:
S = R - W
S = Score R = Right W = Wrong
Skor yang diperoleh sebanyak jumlah soal yang benar dikurangi dengan jumlah yang salah
Contoh:
- Banyaknya soal = 10 buah (T)
- Banyaknya yang betul = 8 buah (R)
- Banyaknya yang salah = 2 buah (W)
Angkanya adalah : 8 - 2 = 6
Kedua, dengan rumus :
S = T - 2W
T singkatan dari total, artinya jumlah soal dalam tes
Contoh di atas dihitung.
- Banyaknya soal = 10 buah (T)
- Banyaknya yang betul = 8 buah (R)
- Banyaknya yang salah = 2 buah (W)
Angkanya adalah 10 - (2x2) = 10 - 4 = 6
2. Dalam Bentuk Pilihan Ganda (multiple choice)
Dalam
menentukan angka untuk tes bentuk pilihan ganda, dikenal dua macam cara
pula yakni tanpa hukuman dan dengan hukuman. Tanga hukuman apabila
banyak -angka dihitung dari banyaknya jawaban yang cocok dengan kunci
jawaban.
Dengan hukuman menggunakan rumus:
S = R - W / (n - 1)
Dimana:
S = Score (Nilai)
R = Right (Benar)
W = Wrong (Salah)
n = banyaknya pilihan jawaban (umumnya di Indonesia 3,4, atau 5)
Contoh:
- Banyaknya soal = 10 buah (T)
- Banyaknya yang betul = 8 buah (R)
- Banyaknya yang salah = 2 buah (W)
- Banyaknya pilihan =4 buah (n)
Maka skornya adalah : 8 - {2 / (4 - 1)} = 8 - (2 / 3) = 7,33
3. Tes Bentuk Jawaban Singkat (short answer test)
Dengan
mengingat jawaban yang hanya satu pengertian saja, maka angka bagi tiap
nomor soal mudah ditebak. Usaha yang dikeluarkan oleh siswa sedikit,
tetapi lebih sulit dari pada tes bentuk salah - betul atau bentuk
pilihan ganda. Sebaiknya tiap soal diberi angka 2 (dua). Dapat juga
angka itu kita samakan dengan angka pada bentuk betul salah atau pilihan
ganda jika memang jawaban yang diharapkannya ringan atau mudah. Tetapi
sebaliknya apabila jawabarmya bervariasi rnisalnva lengkap sekali,
lengkap dan kurang lengkap, maka angkanya dapat dbuat bervariasi pula
misalnya 2; 1,5; dan 1
4. Tes Bentuk Menjodohkan (matching)
Pada
dasarnya tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda, dimana
jawaban-jawaban dijadikan satu, dernikian pula
pertanyaan-pertanyaannya. Dengan dernikian, maka pilihan jawabannya akan
lebih banyak. Satu kesulitan lagi adalah bahwa jawaban yang dipilih
dibuat sedemikian rupa sehingga jawaban yang satu tidak diperlukan bagi
pertanyaan lain.
Kunci
jawaban tes bentuk menjodohkan dapat berbentuk deretan kunci jawaban
yang dikeliendaki atau deretan nomor yang di ikuti oleh huruf-huruf yang
terdapat di depan alternatif jawaban.
Telah
dijelaskan bahwa tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda
yang lebih kompleks. Maka angka yang diberikan sebagai imbalan juga
harus lebih banyak. Sebagi ancar-ancar dapat ditentukan bahwa angka
untuk tiap nomor adalah dua.
5. Tes Bentuk Uraian (essay test)
Ada
dua metode yang dapat dipergunakan untuk memberikan skor terhadap tes
menguraikan, yaitu metode analisa dan metode sorter. Metode analisa
adalah suatu cara menilai dengan menyiapkan sebuah model jawaban dimana
jawaban tersebut dianalisa menjadi beberapa step atau elemen disediakan
skor tertentu. Setelah satu model jawaban tersusun, jawaban
masing-masing anak dibandingkan dengan model jawaban tersebut dan
diberikan skor sesuai dengan tingkat kebenarannya.
Metodi
mensortir digunakan untuk memberikan skor terhadap jawaban yang tidak
dibagi menjadi elemen-elemen. Pemberian skor yang dilakukan secara
analisa maupun secara analisa maupun secara sortir beberapa saran perlu
diperhatikan untuk mempertahankan realibilitas dari pada tes essay
1.
Sebelum memulai memberi skor, siapkanlah terlebih dahulu sebuah model
jawaban. Tentukan beberapa jumlah skor yang akan diberikan pada
tiap-tiap item. Kalau mempergunakan metode analisa, tetapkan beberapa
skor yang akan diberikan untuk setiap step atau elemen jawaban yang
benar. Kalau mempergunakan metode sortir, tentukan beberapa skor yang
akan diberikan untuk tiap-tiap klasifikasi.
2.
Setiap jawaban, hendaknya diperiksa tanpa melihat identitasnya terlebih
dahulu. Kalau guru mengetahui identitas jawaban yang sedang diperiksa,
maka hal ini akan mempengaruhi objektifitasnya.
3.
Periksalah jawaban anak-anak secara item demi item. Setelah item
pertama selesai diperiksa untuk semua anak barulah dilanjutkan untuk
memeriksa item kedua dan selanjutnya. Dengan cara tersebut realibilitas
skor dapat dipertahankan.
H. JENIS-JENIS TES HASIL BELAJAR
a. Tes Uraian (essay)
1. Tes uraian dengan jawaban bebas
Tes
uraian pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengandung
permasalahan, uraian atau penjelasan sebagai jawaban. Ciri khas dari tes
ini adalah siswa bebas memberikan jawabannya, siswa bebas memilih
pendekatan yang dianggap tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang
ditanyakan siswa menyususn dan mengorganisasikan jawaban sendiri, serta
memberikan penekanan-penekanan terhadap bernagai aspek jawaban.
2. Tes uraian jawaban terbatas
Isi
jawaban dibatasi denga ruang lingkup permaslahan, sedangkan jawaban
dibatasi oleh pertanyaan-pertanyaan yang tercantum pada butir tes.
b. Tes Bentuk Objektif
1. Tes jawaban singkat
Saran-saran dalam menyusun soal jawaban singkat :
- Setiap masalah atau pertanyaan harus sangat khusus
- Setiap soal hanya menyatakan satu ide
- Jangan mengambil pertanyaan dari buku teks atau model
- Buatlah banyak soal jawaban singkat sehingga lebih mencakup materi pelajaran
2. Tes bentuk melengkapi
Tes ini mengungkap kembali dan dapat menggunakan ingatan fakta-fakta. Saran-saran dalam menyusun tes isian :
- Perlu dipahami bahwa kita tidak dapat merencanakan lebih dari satu jawaban yang kelihatan logis
- Susunlah soal yang menyatakan satu ide
- Jangan menyalin pernyataan dari buku teks atau modul
- Semua tempat mengisi jawaban harus sama panjangnya
- Jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong dari setiap pernyataan/soal.
- Jangan memulai dengan tempat kosong
- Perlu mempunyai ide pokok yang dilengkapi dengan kata kata kunci.
3. Soal benar salah
Saran-saran dalam menyusun soal :
- Susun soal yang menyatakan satu ide
- Jangan menggunakan cuplikan langsung dari buku teks/modul
- Hindari penggunaan kata-kata petunjuk yang tidak relevan
- Tiap-tiap pertanyaan harus hanya mengandung satu pengertian saja.
- Banyaknya soal tes yang benar dan yang salah hendaknya seimbang.
- Pernyataan harus tegas, menyatakan benar atau salah jangan meragukan.
4. Tipe menjodohkan
Saran-saran untuk menyusun soal soal menjodohkan :
-
Batasi 3-5 pertanyaan pada kolom yang satu dan sama banyak jawabannya
pada kolom yang lain dengan ditambah 3 jawaban yang mengandung kebenaran
yang mirip dengan jawaban-jawaban yang benar untuk setiap tugas.
- Terangkan dengan jelas dasar-dasar melakukan penjodohan
- Berikan hanya satu materi yang homogen saja dalam setiap tugas.
- Perlu dipertahankan gaya bahasa dan tata bahasa yang ajeg (konsisten)
- Buatlah daftar jawaban yang lebih terbatas jawabannya tetapi betul-betul homogen materinya.
-
Tiap tiap jawaban pada satu kolom harus merupakan jawaban yang boleh
diterima atau dipercaya terhadap tiap-tiap pertanyaan atau soal pada
kolom yang lain.
- Pertanyaan-pertanyaan yang agak panjang seharusnya kolom sebelah kiri, sedangkan daftar jawaban pada kolom sebelah kanan.
5. Tes tipe pilihan ganda
Penyusunan tes pilihan ganda :
- Stem yang merumuskan permasalahan harus jelas
- Perumusan stem dan alternatif jawaban hendaknya merupakan pernyataan yang diperlukan saja
- Untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar
- Hindari perumusan stem yang bersifat negatif
- Option sebaiknya logis dan pengecoh berfungsi
- Usahakan tidak ada petunjuk untuk jawaban yang benar
- Usahakan agar supaya option homogen
- Jika option berbentuk angka, susunlah secara berurut mulai dari angka yang terkecil sampai yang terbesar.
- Hindari menggunakan ungkapan
- Usahakan agar jawaban butir soal yang satu tidak tergantung dari jawaban butir soal yang lain.
- Dalam perkitan soal usahakan kunci jawaban seimbang antara a, b, c, d dan letaknya tersebar.
Macam macam tes objektif pilihan ganda :
a. Melengkapi pilihan
b. Hubungan antar hal/soal
c. Tinjauan kasus
d. Asosiasi pilihan ganda.